pengertian dari ayam hutan
1. Ciri-ciri ayam hutan hijau
memiliki jengger licin, tidak bergerigi, berwarna paduan antara merah dan hijau kebiruan. Bagian yang dekat ubun-ubun hijau kebiruan, sedang bagian luarnya merah. Demikian juga warna pial tunggalnya. Warna bulu badannya sangat cantik, dasarnya hitam berselimutkan warna hijau mengkilap. Bagian ujung bulu punggung ini berwarna merah kekuningan. Bulu di leher bentuknya bulat-bulat, tersusun seperti sisik hijau mengkilap. Ekor menjuntai terdiri dari 16 helai bulu yang warnanya sama dengan warna leher. Kakinya putih hingga merah muda. Bobot badan kurang lebih 1,5 kg.
Penampilan ayam hutan betinanya jauh berbeda dan tidak secantik yang jantan. Kepala, dada, dan tubuh bagian bawah berwarna cokelat pucat. Sedangkan sayap, punggung, dan ekornya cokelat tua berujung kuning logam serta bergaris-garis hitam. Ukuran badan si betina lebih kecil daripada yang jantan, dengan berat 0,8 kg.
2. Jumlah Telur Lebih Banyak
Ayam hutan hijau ternyata lebih produktif daripada ayam kampung. Betinanya bisa menghasilkan tidak kurang dari 40 butir semusim (sebagai perbandingan, ayam kampung hanya memproduksi telur 12 – 18 butir/musim). Syaratnya, ada sepasang atau sekelompok kecil populasi hidup di daerah yang lingkungannya disukai, cukup pakan dan hanya sedikit musuh alami.
Di habitat aslinya, ia meletakkan telurnya dalam sarang di atas tanah atau di bawah naungan semak-semak. Musim bersarangnya tidak tetap sepanjang tahun, biasanya bulan Juni sampai November. Dalam sarang biasanya terdapat 6 – 10 butir telur, besarnya kurang lebih 44,5 mm x 34,5 mm. Telur yang putih kekuningan polos itu menetas setelah 21 hari. Anak ayam hutan ini rentan, mudah terinfeksi bibit penyakit, sehingga perlu dilindungi.
3. Makan Biji-bijian dan Serangga
Ayam hutan termasuk pemakan biji-bijian dan serangga. Saat dilakukan pembedahan, di perutnya ditemukan rayap,s emut hitam, nyamuk, lalat, laba-laba dan ulat pisang. Selain itu, ada juga buah pohon Hyptis dan Rottbidia serta daun lantana. Dari pengamatan lapangan, si cantik ini ternyata suka mematuki kotoran babi hutan, banteng, atau kerbau liar untuk mendapatkan biji-bijian yang tidak tercerna, serangga pemakan kotoran, dan air yang masih terkandung di dalamnya. Di lingkungan penangkaran, biasanya ayam hutan hijau ditempatkan dalam kandang burung. Dalam kandang itu, ayam hutan hijau jantan berumur 1,5 tahun dipasangkan dengan betina berumur setahun. Menu untuknya berupa beras merah setengah ons/hari dan ketan hitam. Sebagai variasi disajikan kangkung 2 hari sekali dan pepaya atau pisang setiap 3 hari. Serangga seperti jangkrik, ulat pisang, atau rayap pun tidak ketinggalan sebagai pelengkap menu. Jatah hariannya tidak boleh terlalu banyak, cukup ¼ bagian dari jatah untuk ayam kampung.
4. Bahaya Predator Alam Bagi Ayam Hutan
Ayam hutan hijau betina (female)
Kebanyakan ayam hutan lebih suka mendiami hutan lebat di pedalaman. Berbeda dengan kerabatnya, ayam hutan hijau hidup di lembah-lembah dekat pantai atau di semak-semak dan belukar yang berbatasan dengan lahan terbuka. Ketika siang hari mereka bersembunyi untuk menghindari teriknya matahari dan musuh alami.
Musuh alami yang mengancam dan mengintainya cukup banyak, di antaranya musang, rase, macan tutul, kucing hutan, garangan, elang, ular, dan biawak. Bila ayam hutan sampai ditemukan binatang-binatang tersebut, ia bakal menemui ajalnya jadi santapan mereka. Di samping itu, bahaya lainnya datang dari babi hutan yang suka memangsa telurnya. Itulah sebabnya, ia hanya berkeliaran di pagi dan sore hari. Tepat sebelum malam tiba, ia kembali dari pengembaraannya mencari pakan di ladang-ladang dan tanah terbuka.
Ayam hutan hijau melewatkan malam hari dengan tidur di atas pohon-pohon dari pukul 17.30 – 04.30. pohonnya pun tidak sembarang jenis. Mereka memilih pohon mimba (Azadirachta indica), krasak (Ficus superba) atau kesambi (Schleichera oleosa). Biasanya mereka hidup sendiri atau dalam kelompok kecil beranggotakan 2 – 4 ekor. Kadang-kadang ada juga dijumpai kelompok besar yang mencapai 15 ekor anggotanya.
5. Bahan Pembuat Bekisar
Ayam hutan jantan sudah lama dijadikan peliharaan di daerah asalnya – Jawa, Madura dan Bali. Di lokasi ini si jantan disilangkan dengan ayam kampung betina (Gallus domesticus) menghasilkan bekisar yang bersuara panjang dan keras. Paduan warna bulunya bermacam-macam sehingga muncul nama-nama bekisar berdasarkan warna bulunya. Ada bekisar putih, multi warna, merah dan sebagainya. Saking terkenalnya ayam hutan ini, di Jawa Timur bekisar dijadikan maskot. Bekisar jantan berukuran lebih besar dari ayam hutan hijau, sedangkan betinanya menghasilkan telur kecil yang tidak dibuahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar